PODKESAD sebagai upaya Pencegahan Risiko Stunting pada KAT

Authors

  • safitri safitri Program Studi D III Kebidanan STIKes Baiturrahim Jambi
  • Sri Maharani Universitas Baiturrahim
  • Tina Yuli Fatmawati Universitas Baiturrahim
  • Asparian Asparian Universitas Jambi
  • Lisna Lisna Universitas Jambi

DOI:

https://doi.org/10.36565/jak.v7i1.898

Keywords:

Edukasi, Komunitas Adat Terpencil, PHBS, PKK, Stunting

Abstract

Indigenous Communities (KAT) are still an issue in Indonesia and local governments. KAT in Jambi Province are spread across several regencies, sub-districts and villages. One of them is in Hajran Village, Batanghari Regency. KAT has complex social problems, namely poverty, education and health. Health problems in KAT arise due to the low implementation of Clean and Healthy Living Behavior (PHBS) because this behavior is not yet understood. Increased knowledge and changes in PHBS occur after education is provided. Pop-up book media can increase knowledge, attitudes, skills and behavior of PHBS. Increasing awareness of PHBS as a strategy for preventing stunting. In Hajran Village in June 2024, there were 5 cases of stunting and 2 cases of malnutrition. The Suku Anak Dalam Health Education Center (PODKESAD) is an application of technology development and innovation as an effort to prevent the risk of stunting. This activity aims to increase knowledge and behavior of PHBS in KAT, increase knowledge of stunting prevention with local food and biofloc pond catfish cultivation and PMT processing skills with local food and biofloc pond catfish cultivation in PKK groups. The implementation method is through providing education and training. PODKESAD is able to increase the knowledge of PHBS KAT (76.2%) and behavior (77.9%), increase the knowledge of PKK groups about preventing stunting by utilizing local food (86.1%) and skills (100%), and increase the knowledge of PKK groups about catfish cultivation in biofloc ponds (83.21%) and skills (100%). It is hoped that the Hajran Village government will provide guidance for the sustainability of the program in KAT and TP PKK so that the risk of stunting can be reduced through PHBS habits and the provision of additional food and access to a variety of high-protein foods in the form of catfish floss.

Author Biography

safitri safitri, Program Studi D III Kebidanan STIKes Baiturrahim Jambi

 

 

PENYULUHAN TENTANG PENTINGNYA IMUNISASI PADA BAYI

DI POSYANDU KASIH IBU DI DESA PELAWAN KECAMATAN PELAWAN KABUPATEN SAROLANGUN

 

Safitri

Prodi D III Kebidanan STIKes Baiturrahim Jambi

Email: [email protected]

 

 

ABSTRACT

 

Immunization protects children against some diseases that can be prevented by immunization (PD3I). Every year more than 1.4 million children in the world die from various diseases that can actually be prevented by immunization. Although in reality there are now many mothers who bring their babies to medical personnel to get immunization, only a small of them are given counseling. In Pelawan Village 44.37% of toddler did not get complete basic immunization, the reason they lacked knowledge of 42.86% and busy 57.1%. .Target outcomes expected are: there is an increased knowledge an increase in knowledge between before and after counseling, and awareness of mothers to bring their children to Posyandu to get immunization. The method used is counseling. The results of dedication are an increase in knowledge and awareness of mothers to bring their children to get immunizations in an effort to prevent disease.

 

Keywords: Counseling, immunization, infant

 

 

ABSTRAK

 

Imunisasi melindungi anak terhadap beberapa penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Setiap tahun lebih dari 1,4 juta anak di dunia meninggal karena berbagai penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dengan imunisasi. Meskipun pada kenyataannya sekarang telah banyak ibu yang membawa bayinya ke tenaga kesehatan untuk mendapatkan imuniasi, namun hanya sebagian kecil dari mereka yang diberikan konseling. Di Desa Pelawan 44,37% balita tidak mendapatkan imunisasi dasar lengkap dengan alasan kurang pengetahuan 42,86% dan repot 57,1%. Target luaran yang diharapkan peningkatan pengetahuan antara sebelum dan setelah penyuluhan, serta kesadaran ibu untuk membawa anaknya ke Posyandu untuk mendapatkan imunisasi. Metode yang digunakan adalah penyuluhan. Hasil pengabdian terdapat peningkatan pengetahuan dan kesadaran ibu untuk membawa anaknya mendapatkan imunisasi dalam upaya pencegahan penyakit.

 

Kata Kunci: Penyuluhan, imunisasi, bayi

 

 


PENDAHULUAN

 

Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Setiap tahun lebih dari 1,4 juta anak di dunia meninggal karena berbagai penyakit sebenarnya dapat dicegah dengan imunisasi. Beberapa penyakit menular yang termasuk ke dalam Penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I) antara lain TBC, Difteri, Tetanus, Hepatitis B, Pertusis, Campak, Polio, radang selaput otak, dan radang paru-paru. Anak yang telah diberi imunisasi akan terlindungi dari berbagai penyakit berbahaya tersebut, yang dapat menimbulkan kecacatan atau kematian (Kemenkes RI, 2016).

Berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 2015 menunjukkan AKB sebesar 22,23 per 1.000 kelahiran hidup, yang artinya sudah mencapai target MDG 2015 sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup. Begitu pula dengan Angka Kematian Balita (AKABA) hasil SUPAS 2015 sebesar 26,29 per 1.000 kelahiran hidup, juga sudah memenuhi target MDG 2015 sebesar 32 per 1.000 kelahiran hidup. Hasil survei Riskesdas tahun 2013 didapatkan data cakupan imunisasi HB-0 (79,1%), BCG (87,6%), DPT-HB-3 (75,6%), Polio-4 (77,0%), dan imunisasi campak (82,1%). Survei ini dilakukan pada usia anak 12– 23 bulan. Adapun cakupan pemberian imunisasi sebesar 59,2% imunisasi lengkap, 32,1% imunisasi tidak lengkap, dan 8,7% tidak pernah diimunisasi.

Imunisasi melindungi anak terhadap beberapa Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Seorang anak diimunisasi dengan vaksin yang disuntikkan pada lokasi tertentu atau diteteskan melalui mulut. Sebagai salah satu kelompok yang menjadi sasaran program imunisasi, setiap bayi wajib mendapatkan imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari 1 dosis BCG, 3 dosis DPT-HB dan atau DPT-HB-Hib, 4 dosis polio, dan 1 dosis campak. Dari imunisasi dasar lengkap yang diwajibkan tersebut, campak merupakan imunisasi yang mendapat perhatian lebih, hal ini sesuai komitmen Indonesia pada global untuk mempertahankan cakupan imunisasi campak sebesar 90% secara tinggi dan merata. Hal ini terkait dengan realita bahwa campak adalah salah satu penyebab utama kematian pada balita. Dengan demikian pencegahan campak memiliki peran signifikan dalam penurunan AKB. Indonesia memiliki cakupan imunisasi campak yang sedikit lebih rendah daripada tahun 2014, yaitu sebesar 92,3% pada tahun 2015 (Kemenkes RI, 2016).

Imunisasi dasar pada bayi seharusnya diberikan pada anak sesuai dengan umurnya. Pada kondisi ini, diharapkan sistem kekebalan tubuh dapat bekerja secara optimal. Namun, pada kondisi tertentu beberapa bayi tidak mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap. Seperti kita ketahui, bahwa di masyarakat masih ada pemahaman yang berbeda mengenai imunisasi, sehingga masih banyak bayi dan balita yang tidak mendapatkan pelayanan imunisasi. Alasan yang disampaikan orangtua mengenai hal tersebut, antara lain karena anaknya takut panas, sering sakit, keluarga tidak mengizinkan, tempat imunisasi jauh, tidak tahu tempat imunisasi, serta sibuk/repot. Karena itu, pelayanan imunisasi harus ditingkatkan di berbagai unit pelayanan (Kemenkes RI, 2015).

Selain memiliki manfaat, imunisasi juga menimbulkan efek samping dalam pelaksanaannya. Dalam dunia kesehatan, fenomena ini dikenal juga dengan istilah adverse event atau lebih dikenal dengan kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI). Berdasarkan Riskesdas 2013, didapatkan bahwa dari 91,3 persen anak di Indonesia yang pernah diimunisasi, terdapat 33,4 persen yang pernah mengalami KIPI. Keluhan yang sering terjadi adalah kemerahan dan bengkak, sedangkan keluhan demam tinggi dialami  6,8 persen anak.

Berdasarkan hasil observasi, meskipun pada kenyataannya sekarang telah banyak ibu yang membawa bayinya ke tenaga kesehatan untuk mendapatkan imuniasi, namun hanya sebagian kecil dari mereka yang diberikan konseling mengenai imunisasi. Akibat dari kurangnya pengetahuan tentang imunisasi banyak ibu yang kemudian panik dan menyalahkan tenaga kesehatan untuk efek samping dari imunisasi yang mungkin bisa terjadi. Di Kabupaten Sarolangun Desa Pelawan 44,37% balita tidak mendapatkan imunisasi dasar lengkap dengan alasan kurang pengetahuan 42,86% dan repot 57,1%.

Pengetahuan ibu terhadap imunisasi merupakan faktor yang sangat penting, agar ibu dapat cepat tanggap dan tahu apa yang harus dilakukan ketika timbul efek samping pada anaknya untuk mendapatkan cakupan kelengkapan imunisasi (Sarfaraz, 2017). Kurangnya pengetahuan orang tua terutama ibu akan membawa sikap negatif dan rasa takut akan efek samping imunisasi yang nantinya akan berdampak pada pandangan ibu dan kemauan ibu untuk membawa anaknya ke fasilitas kesehatan guna mendapatkan imunisasi. Sehingga ada ibu yang berpandangan bahwa imunisasi akan menjadi hal yang merugikan bagi anaknya (Septiarini, 2015).

Pemberian informasi melalui penyuluhan atau pendidikan kesehatan tentang imunisasi merupakan upaya promotif untuk meningkatkan pengetahuan tentang imunisasi dan preventif untuk pencegahan penyakit, sehingga mampu menumbuhkan kesadaran orangtua membawa anaknya ke Posyandu untuk mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap (Fitriani, 2013).

TARGET DAN LUARAN

 

Target dalam kegiatan pengabdiaan kepada masyarakat ini adalah memberikan penyuluhan kesehatan tentang pentingnya imunisasi pada bayi kepada ibu-ibu yang terutama ibu agar membawa anaknya ke Posyandu untuk mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap dalam upaya pencegahan penyakit. Adapun luaran dalam kegiatan pengabdian kepada ini adalah publikasi pada jurnal ilmiah dan meningkatkan kesadaran ibu untuk membawa anaknya ke tenaga kesehatan mendapatkan imunisasi dalam upaya pencegahan penyakit.

 

 

METODE PELAKSANAAN

 

Pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan pada bulan Februari 2018 di Posyandu Kasih Ibu Desa Pelawan Kecamatan Pelawan Kabupaten Sarolangun. Sasaran kegiatan ini adalah  ibu-ibu yang memiliki balita di Posyandu Kasih Ibu.Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini, mendapat rekomendasi dari Kepala Desa Pelawan, Puskesmas Pelawan, Bidan Desa dan Kader setempat untuk memberikan informasi tentang imunisasi dasar lengkap melalui penyuluhan kepada ibu-ibu yang memiliki balita di Posyandu Kasih Ibu dengan metode ceramah disertai diskusi dan tanya jawab menggunakan media leaflet berisi informasi tentang imunisasi dasar lengkap.Tahapan kegiatan pengabdian kepada masyarakat meliputi:
  1. Mengkaji dan menganalisis data
  2. Mengidentifikasi masalah
  3. Menyusun rencana kegiatan
  4. Menyusun SAP, materi, instrumen pre-posttest serta mendesain leaflet
  5. Mengurus izin lokasi kegiatan
  6. Melakukan pretest
  7. Melakukan penyuluhan tentang imunisasi menggunakan leaflet sesuai SAP yang telah disusun
  8. Melakukan posttest
  9. Melakukan monitoring dan evaluasi

 

 

 

 HASIL PEMBAHASAN

 

Pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat berjalan sesuai dengan rencana yang disusun. Kegiatan ini dilaksanakan kepada 20 ibu yang memiliki balita di Posyandu kasih Ibu. Dalam pelaksanaan kegiatan ini Tim dibantu oleh bidan desa dan kader yang sedang bertugas di Posyandu tersebut.

Sebelum dilakukan penyuluhan tentang imunisasi tim melakukan pretest. Hasilnya hanya 45% ibu  mampu menjelaskan pengertian imunisasi, 30% ibu mampu menyebutkan tujuan imunisasi, 25% ibu mampu menguraikan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, 60% ibu mampu menyebutkan tempat mendapatkan imunisasi, 40% ibu mampu menyebutkan jadwal imunisasi, 45% ibu mampu menerangkan keadaan yang tidak memperbolehkan anak diimunisasi, dan 50% ibu mampu menerangkan keadaan yang muncul setelah imunisasi.

Penyuluhan dalam pengabdian kepada masyarakat ini dilakukan dengan metode ceramah untuk menjelaskan ide, pengertian secara lisan disertai dengan diskusi dan tanya jawab sehingga ibu memahami apa yang diberikan dan disampaikan. Selain itu, materi yang diberikan ditampilkan melalui media leaflet yang berisi informasi penting tentang imunisasi dasar lengkap disertai gambar-gambar menarik sehingga  ibu dapat dengan mudah menangkap informasi yang diberikan. Selama proses penyuluhan berlangsung disertai pembagian leaflet ibu-ibu sangat antusias mendengarkan sambil memberikan respon baik dalam diskusi, 80% ibu bertanya terkait dengan materi yang disampaikan.

Setelah diberikan informasi tentang tentang imunisasi tim melakukan posttest. Hasilnya mengalami peningkatan 85% ibu  mampu menjelaskan pengertian imunisasi, 80% ibu mampu menyebutkan tujuan imunisasi, 80% ibu mampu menguraikan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, 100% ibu mampu menyebutkan tempat mendapatkan imunisasi, 90% ibu mampu menyebutkan jadwal imunisasi, 85% ibu mampu menerangkan keadaan yang tidak memperbolehkan anak diimunisasi, dan 80% ibu mampu menerangkan keadaan yang muncul setelah imunisasi. Serta 100% ibu memiliki kesadaran membawa anaknya untuk mendapatkan imunisasi.

 

 

Gambar.1 Pengurusan izin pengabdian

 

 

 

Gambar.2 Kegiatan Pengabdian

 

 

 

Gambar.3 Pemberian imunisasi

 

Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Septiarini dkk, dinyatakan bahwa terdapat pengaruh bermakna penyuluhan terhadap pengetahuan ibu sebelum dan setelah diberikan penyuluhan (p<0,05). Salah satu faktor yang memengaruhi pengetahuan adalah karena kekurangan informasi. Pemberian informasi melalui pendidikan dan pelatihan akan meningkatkan pengetahuan, selanjutnya akan menimbulkan kesadaran dan akhirnya seseorang akan melakukan praktek sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki, meskipun memerlukan waktu yang lama.

Hasil penelitian serupa oleh Bomboa dkk, dinyatakan ada pengaruh penyuluhan tentang imunisasi campak terhadap peningkatan pengetahuan ibu (p<0,05). Salah satu strategi untuk memperoleh perubahan perilaku adalah pemberian informasi untuk meningkatkan pengetahuan sehingga menimbulkan kesadaran dan dapat dilakukan dengan cara pemberian penyuluhan kesehatan. 

Penelitian oleh Sukmaningtyas dkk, juga menujukkan terdapat pengaruh pemberian penyuluhan imunisasi terhadap peningkatan pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar lengkap pada bayi (p<0,05). Para ibu bayi mau datang menimbangkan bayinya secara rutin, bahkan merelakan bayinya mendapatkan imunisasi dasar lengkap tepat waktu, bukan karena pengetahuan yang mereka dapat tapi karena kebanyakan ibu mau melakukannya, sebagai ajang berkumpul para ibu terlebih ada rangsangan pemberian makanan tambahan untuk anak mereka, meskipun disisi lain ada kekuatiran saat bayinya diberi imunisasi DPT timbul panas pada tubuh bayi. Hal ini mungkin bisa jadi perhatian bagi tenaga kesehatan untuk melakukan penyuluhan secara rutin untuk menjawab kekhawatiran tersebut dan meningkatkan kesadaran ibu membawa anaknya ke Posyandu  untuk mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap.

 

 

KESIMPULAN DAN SARAN

 

  1. 1.        Kesimpulan

Pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan melalui penyuluhan tentang imunisasi kepada ibu-ibu balita di Posyandu Kasih Ibu mampu meningkatkan pengetahuan dan kesadaran ibu untuk membawa anaknya mendapatkan imunisasi dalam upaya pencegahan penyakit.  

  1. 2.        Saran

Disarankan kepada instansi yang terkait lebih mengoptimalkan peran tenaga kesehatan dalam memberikan penyuluhan secara rutin  khususnya tentang imunisasi sehingga ibu-ibu balita lebih mengetahui dan mau membawa anaknya untuk mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap.

 

 

UCAPAN TERIMAKASIH

 

Tim pengabdian masyarakat mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada STIKes  Baiturrahim Jambi atas bantuan dana dan fasilitas surat izin. Serta Kepala Desa Pelawan, Puskesmas Pelawan, Bidan Desa, Kader dan ibu-ibu setempat yang telah memfasilitasi dan memberikan izin tempat pengabdian kepada masyrakat ini, sehingga kegiatan pengabdian masyarakat ini dapat  berjalan dengan lancar sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Fitriani, S. 2013. Promosi Kesehatan. Graha Ilmu. Yogyakarta.

 

Kementerian Kesehatan RI. 2016. Profil Kesehatan Indonesia 2015. Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.

 

Kementrian Kesehatan RI. 2015. Buku Ajar Imunisasi. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan. Jakarta.

 

Kementrian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.

 

Sarfaraz MD, Athira A, Thotamsetty LMD, Ravilla SA, Nadikudi N, Doddayya D. Assessment of Knowledge, Attitude and Perception among Mothers towards Immunization in a Tertiary Care Teaching Hospital. Int J Community Med Publich Health. 2017;4(9):3429–35.

 

Septiarini RDP, Susanti AI, Nirmala SA. Pengaruh Penyuluhan Mengenai Imunisasi terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu di Desa Sukarapih Kecamatan Sukasari. JSK. 2015;1(2):43–54.

 

Sukmaningtyas W, Setiawan I. Pengaruh Penyuluhan Imunisasi terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Kepatuhan Ibu tentang Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi Sebelum Usia 1 Tahun di Kecamatan Karangmoncol. Vina Medika. 2015;8(14):68–76.

 


 


 


 

References

1. Ridwan, M. et al. Edukasi Phbs Untuk Meningkatkan Pengetahuan Pada Komunitas Suku Anak Dalam (Sad) Di Kabupaten Bungo. J. Pengabdi. Kolaborasi dan Inov. IPTEKS 1, 1041–1048 (2023).

2. Guspianto, G., Amir, A. & Mekarisce, A. A. Analisis Perilaku Persalinan Komunitas Adat Terpencil di Wilayah Taman Nasional Bukit Duabelas Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi. Media Kesehat. Masy. Indones. 15, 391 (2019).

3. Kalsum, U., Halim, R. & Fitri, A. Pola Perkawinan, Pola Konsumsi Dan Status Gizi Balita Orang Rimba Di Sungai Terap Dan Hajran. J. Kesmas Jambi 2, 87–96 (2018).

4. Fatmawati, T. Y., Indrawati, I. I. & Ariyanto, A. A. Analisis Penggunaan Air Bersih, Mencuci Tangan, Membuang Tinja Dengan Kejadian Diare Pada Balita. J. Endur. 2, 294 (2017).

5. Oktafia, D. et al. Mengoptimalkan Personal Hygiene Kelompok Anak Usia Sekolah Suku Anak Dalam Untuk Meningkatkan Derajat Kesehatan Di Desa Bukit Suban. J. Salam Sehat Masy. 3, 21–26 (2022).

6. Safitri et al. Penerapan Aplikasi Sayang ke Buah Hati (SEHATI) terhadap Pengetahuan Ibu serta Dampak pada Keterampilan Anak tentang Cara Menyikat Gigi. Glob. Med. Heal. Commun. 6 No.1, 68–73 (2018).

7. Tunggal Dewi, A. Pengaruh Penggunaan Media Pop Up Book Terhadap Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Siswa di SDN 92/IV Kota Jambi Tahun 2022. (Universitas Jambi, 2022).

8. Zakiah, L. et al. Peningkatan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Sebagai Intervensi Pencegahan Kejadian Stunting Di Rw 03 Desa Sirnagalih Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor Tahun 2024. Nusant. J. Pengabdi. Kpd. Masy. 4, 17–25 (2024).

9. FKM UNJA. Strategi Dan Peran Tenaga Kesehatan Masyarakat Dalam Menghadapi Tantangan Era Revolusi Industri 4.0. in Pengembangan Ilmu dan Teknologi kayu Mendukung Implementasi Program Perubahan Iklim vol. 9 978–979 (2019).

10. Sari, L. A., Buhari, B., Keperawatan, J., Kedokteran, F. & Jambi, U. Pemeriksaan kesehatan pada kelompok adat terpencil suku anak dalam di Sungai Terap Kabupaten Batang Hari Jambi. 6, 29–34 (2024).

11. Dhefiana, T., Reni Suhelmi & Hansen. Hubungan Penerapan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Orang Tua Dengan Kejadian Stunting Di Kelurahan Air Hitam Kota Samarinda. Sanitasi J. Kesehat. Lingkung. 16, 20–28 (2023).

12. Aprilianti, D., Qalbi, N., Azizah, F. & Sofira, M. D. Peningkatan Status Gizi Balita Melalui Pengembangan Dan Produksi Abon Ikan Nila Di Desa Pematang Jering Kecamatan Jambi Luar Kota Tahun 2023 Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat , FKIK Universitas Jambi Mahasiswa Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat. 5, 79–87 (2024).

13. Hariski, M. et al. Penyuluhan Budidaya Ikan Dalam Ember Secara Aquaponik Dengan Memanfaatkan Pekarangan Rumah Di Desa Tarikan Kecamatan Kumpeh Ulu Kabupaten Muaro Jambi Counseling on Aquaponic Fish Cultivation in Buckets using House Yards in Tarikan Village, Kumpeh Ulu Dist. J. Rural Urban Community Empower. 3, 49 (2022).

14. Emergensi, K., Ilmu, D. & Fk, K. Edukasi Kesehatan Dengan Media Video Animasi: Scoping Review. J. Perawat Indones. 5, 641–655 (2021).

15. Mulyadi, M. Isra, W. & Chrisnawati. Efektivitas Pendidikan Kesehatan Dengan Media Video Terhadap Tingkat Pengetahuan Perilaku Hidup Bersih Dan. J. stikes cendekia utama 3, 112–117 (2022).

16. Fauziah, M. Pendampingan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Di Sekolah Master Indonesia. Semin. Nas. Pengabdi. Masy. 08, (2021).

17. Dwi, P., Ambar, C. & Ridlo, I. A. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Masyarakat di Kelurahan Rangkah Kota Surabaya Hygienic and Healthy Lifestyle in the Urban Village of Rangkah Surabaya. 8, 47–58 (2020).

18. Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. (Rineka Cipta, 2014).

19. Waliulu, S. H., Ibrahim, D. & Umasugi, M. T. Pengaruh Edukasi Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan Upaya Pencegahan Stunting Anak Usia Balita. J. Penelit. Kesehat. Suara Forikes 9, 269–272 (2018).

20. Citrakesumasari, C., Kurniati, Y., Syam, A., Salam, A. & Virani, D. Pencegahan Stunting Melalui Pemberdayaan Kader PKK Kecamatan Barebbo di Kabupaten Bone Prevention of Stunting Through Empowerment of Family Welfare Programme Cadres in Barebbo District in Bone Regency. J. Panrita Abdi 4, 322–327 (2020).

21. Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. (Rineka Cipta, 2014).

22. Setianingsih, Musyarofah, S., PH., L. & Indriyanti, N. Tingkat Pengetahuan Kader Dalam Upaya Pencegahan Stunting. J. Ilmu Keperawatan Jiwa 5, 447–454 (2022).

23. Wicaksono, K. E. & Alfianto, A. G. Dampak Positif Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan Keluarga Dalam Manajemen Nutrisi Balita Stunting. Conf. Innov. Appl. Sci. Technol. 981–986 (2020).

24. Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa dan Tim Penggerak PKK Pusat. Buku 2: Strategi Gerakan PKK. Direktorat Jenderal Bina Pemerintah. Desa dan Tim Penggerak PKK Pus. (2021).

25. Rahmawati, M. et al. Pengolahan pangan unggulan pisang sebagai produk makanan tambahan pada balita stunting. KACANEGARA J. Pengabdi. pada Masy. 7, 121 (2024).

26. Martina, S. E., Simanjuntak, E. Y. & Aryani, N. Pemberian Puding Jagung terhadap Pencegahan Stunting pada Ibu Hamil, Bayi dan Anak-Anak di Dusun Tebing Ganjang. J. Abdimas Mutiara 1, 96–101 (2020).

27. Perekonomian, M. et al. Program Gasppro Sebagai Upaya Mengatasi Stunting Dan. 2, (2024).

28. Harianti, R. & Tanberika, F. S. Pemberdayaan wanita tani melalui produksi abon ikan lele. JPPM (Jurnal Pendidik. dan Pemberdaya. Masyarakat) 5, 167–180 (2018).

29. Jember, U. M. Jurnal Pengabdian Masyarakat Manage Vol. 1. No. 2 Agustus 2020 Hal:56-. 1, 56–60 (2020).

30. Yunus. Pelatihan Pembuatan Abon Ikan Lele Bagi Masyarakat Desa. 7, 961–974 (2023).

31. Nugrahadi, D. T., Mazdadi, M. I., Saragih, T. H. & Wianto, T. Penerapan Kolam Terpal Bioflok Ikan Lele Tenaga Surya bagi Warga Aliran Anak Sungai Kemuning di Kelurahan Loktabat Utara. J. Pengabdi. ILUNG (Inovasi Lahan Basah Unggul) 1, 9 (2021).

32. Junus, D. et al. Sosialisasi Budidaya Ikan Lele dengan Sistem Teknologi Bioflok. DIKMAS J. Pendidik. Masy. dan Pengabdi. 2, 971–976 (2022).

33. Suciyono et al. Business Opportunities for Catfish Aquaculture with Biofloc Technology in Purwoasri Village, Tegaldlimo, Banyuwangi. J. Med. Vet. 3, 132–137 (2020).

34. Rasdi, R. et al. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Ketahanan Pangan Budidaya Ikan Lele Dengan Sistem Bioflok di Kota Makassar. Bubungan Tinggi J. Pengabdi. Masy. 5, 1443 (2023).

35. Nasution, M. I., Prayogi, M. A. & Jufrizen, J. Menciptakan Wirausaha Budidaya Ikan Lele dengan Sistem Bioflok. BAKTIMAS J. Pengabdi. pada Masy. 1, 20 (2019).

Downloads

Published

2025-02-01

Issue

Section

Articles